Minggu, 13 November 2011

Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Mangga



Tanaman mangga adalah salah satu tanaman tropis yang cukup terkenal, bahkan ada yang menyebut dengan sebutan “ The Apple of The Tropic ”. Buah mangga umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar, dan hanya 0,22 % produksi mangga dunia yang diproses dalam bentuk olahan. Produksi buah setiap tahunnya lebih banyak dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri daripada ekspor, baik untuk Indonesiamaupun untuk negara – negara produsen mangga, seperti Filipina, Thailand, dan India.


Mangga gedong gincu merupakan salah satu produk unggulan nasional karena memiliki ukuran, bentuk, warna, rasa dan bau yang spesifik (khas). Mangga Gedong Gincu sangat menarik dan memiliki daya saing pasar yang tinggi, juga terkenal baik di dalam negeri maupun luar negeri terutama Jepang, Cina, Saudi Arabia.

Hampir sebagian besar masyarakat di Indonesia menanam tanaman mangga di pekarangan, untuk pembudidayaan dengan skala agrobisnis baru daerah-daerah tertentu saja seperti Probolinggo, Indramyu dan Cirebon. Selain faktor teknis dalam budidaya yang perlu dikuasai, diperlukan juga pemahaman mengenai faktor-faktor yang menjadi pengganggu budidaya tanaman mangga, seperti serangan hama dan penyakit. Dengan pengetahuan yang cukup mengenai faktor-faktor kerugian yang mungkin ditimbulkan akibat serangan hama dan penyakit dapat ditekan dan buah mangga yang dihasilkanpun berkualitas tinggi.


Berikut lebih lanjut mengenai macam-macam hama dan penyakit yang menyerang tanaman mangga ser cara pengendaliannya:

A. Jenis Hama Pada Tanaman Mangga
1. Kepik mangga ( Cryptorrynoccus gravis)
Menyerang buah dan masuk ke dalamnya.
Pengendalian: dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak bertelur.

2. Bubuk buah mangga
Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila dibelah terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini.
Pengendalian: memusnahkan buah mangga yang jatuh akibat hama ini, menggunakan pupuk kandang halus, mencangkul tanah di sekitar batang pohon dan menyemprotkan insektisida ke tanah yang telah dicangkul.

3. Bisul daun (Procontarinia matteiana)
Gejala: daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dan kemerahan.
Pengendalian: penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi.

4. Lalat buah ( Dacus dolrsalis Hend atau D. pedestris)
Gejala: buah busuk, jatuh dan menurunkan produktivitas.
Pengendalian: Dengan memusnahkan buah yang rusak, memberi umpan berupa larutan sabun atau metil eugenol di dalam wadah dan insektisida atau dengan pemasangan perangkap lalat buah dengan menggunakan minyak selasih dan petrogenol untuk menangkap lalat buah. Minyak selasih dan petrogenol adalah senyawa pemikat (sex pheromone) bekerja sebagai penghubung antara individu jantan dan individu betina sehingga keduanya dapat menjalankan perilaku kawin dan kopulasi.

5. Wereng ( Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni)
Jenis wereng ini berbeda dengan yang menyerang padi. Wereng ini menyerang daun, rangkaian bunga dan ranting sambil mengeluarkan cairan manis sehingga mengundang semut api untuk memakan tunas atau kuncup. Cairan yang membeku menimbulkan jamur kerak hitam.Pengendalian : dengan insektisida Diazinon dan pengasapan seminggu empat kali.

6. Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus)
Tungau pertama menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan yang kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerang rangkaian bunga.
Pengendalian : dengan menyemprotkan tepung belerang, insektisida Diazinon atau Basudin.

7. Kalong dan Kelelawar
Memakan buah mangga di malam hari.
Pengendalian: dengan membiarkan semut kerangkeng hidup di sela daun mangga, memasang kitiran angin berpeluit dan melindungi pohon dengan jaring.

B. JENIS PENYAKIT BUDIDAYA MANGGA

1. Antraknosa
Penyebab: Cendawan Collectotrichum gloeosporioides Penz atau Gloeosporium mangifera.
Morfologi dan Daur Penyakit
Patogen mempunyai hifa bersepta, warna hialin yang kemudian berubah menjadi gelap. Aservulus banyak berbentuk pada bagian tanaman sakit kecuali pada buah. Konidium berbentuk jorong atau bulat telur dengan bagian ujung membulat, tidak bersepta dengan warna hialin.
Patogen dapat bertahan pada ranting-ranting sakit di pohon atau pada daun-daun sakit di pohon atau permukaan tanah. Pada cuaca lembab dan berkabut pathogen membentuk spora (konidium). Spora keluar dari aservulus seperti lendir berwarna merah jambu, dan spora tersebut disebarkan oleh percikan air hujan dan oleh serangga. Infeksi pada buah dapat terjadi melalui inti sel pada buah yang matang dan pori-pori pada buah yang masih hijau.
Keadaan cuaca yang sangat lembab sangat cocok untuk pembentukan spora dan sangat cocok untuk pembentukan spora dan terjadinya infeksi. Pathogen tidak tumbuh pada kelembaban kurang dari 95°C .
Tingkat ketahanan tanaman terhadap penyakit dipengaruhi oleh jenis mangga dan bagian tanaman yang terserang. Bagian tanaman yang pertumbuhannya cepat lebih rentan terhadap pathogen tersebut.
Jamur ini menyebabkan bunga menjadi layu, buah busuk, daun berbintik-bintik hitam dan menggulung.
Tanaman inang lain
Bawang merah, bawang putih, jambu mete, srikaya, sirsak, the, papaya, tapak dara, jeruk, beras tumpah, bisbul, kesemek, kelapa sawit, lokut, kastuba, manggis, karet, leci, pala, alpokat, jambu biji, kecipir, krandang (Pueraria sp.,), delima, pear, kakao, dan anggrek.

Pengendalian
Cara kulkur teknis
  • Tidak mengusahakan mangga secara komersial di daerah basah/lembab
  • Pemeliharaan tanaman sebaik-baiknya
  • Jarak tanam di persemaian tidak terlalu rapat
  • Sanitasi ranting yang mati, setelah masa panenan
  • Penanaman kultivar tahan

Cara kimiawi
Aplikasi fugsida dilakukan apabila :
  • Daun mengalami malformasi dan terjadi gugur daun
  • Gejala terjadi pada malai bunga dan kondisi lingkungan menguntungkan bagi perkembangan penyakit
  • Hujan turun secara terus-menerus selama 1-2 hari, sehingga kelembaban menjadi tinggi
  • Pencelupan buah dengan air panas (55°CC) atau air panas ditambah fungsida benomil (500 ppm) diabendasol (90 ppm) selama 5 menit sebelum pengepakan.

2. Cendawan Jelaga
Penyebab: Cendawan Meliola mangifera atau Capmodium mangiferum. Daun mangga yang diserang berwarna hitam seperti beledu. Warna hitam disebabkan oleh jamur yang hidup di cairan manis atau kotoran serangga yang sering disebut “embun madu”.
Pengendalian: dengan memberantas serangga yang menghasilkan cairan manis dengan insektisida atau tepung belerang.

3. Bercak karat merah
Penyebab: ganggang Cephaleuros mycoidea Karst. Menyerang daun, ranting, bunga dan tunas sehingga terbentuk bercak yang berwarna merah. Penyakit ini sangat mempengaruhi proses pembuahan.
Pengendalian: pemangkasan dahan, cabang, ranting, menyemprotkan fungisida bubuk bordeaux atau sulfat tembaga.

4. Kudis buah
Penyebabnya: Cendawan Elsione manifera Bitan. Menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan daun.
Gejala: adanya bercak kuning yang akan berubah menjadi abu-abu. Pembuahan tidak terjadi, bunga berjatuhan.
Pengendalian: fungisida Dithane M-45, Manzate atau Pigone tiga kali seminggu dan memangkas tangkai bunga yang terserang.

5. Penyakit Blendok
Penyebab: Cendawan Diplodia recifensis yang hidup di dalam lubang yang dibuat oleh kumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan getah yang akan berubah warna menjadi coklat atau hitam.
Pengendalian : memotong bagian yang sakit, lubang ditutupi dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam insektisida dan menyemprot pohon dengan buburbordeaux.

6.Penyakit Kulit Diplodia/Stem Rot
Penyebab: Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. (sinonim Diplodia mangiferae Koord)

 Morfologi dan Daun Penyakit
Cendawan membentuk piknidium dengan konidium membentuk jorok, bersel 1, hialin pada waktu muda dan kemudian setelah dewasa konidium bersel 2, dan berwarna gelap. Pathogen dapat mempertahankan diri pada ranting-ranting dan kulit cabang yang terinfeksi.
Penyinaran matahari secar penuh dan mendadak pada pankal cabang dan batang lain akibat pemangkasan yang terlalu berat, dapat mendorong perkembangan pathogen. Pemetikan buah pada keadaan cuaca lembah dan adanya pelukaan dapat mendorong terjadinya infeksi pada buah yang dipanen.

Gejala Serangan
Pada bagian tanaman yang terserang yaitu batang atau cabang yang terserang yaitu batang atau cabang, mengeluarkan blendok, kulit berwarna gelap, kemudian mongering dan agak mengendap dan selanjutnya pecah dan mengelupas sebagai kepingan. Bagian sakit menjadi luka yang terbuka (kanker). Cabang yang terkena serangan berat bisa mati. Penyakit ini biasanya muncul pada pangkal batang dan cabang-cabang yang mendadak menerima sinar matahari penuh antara lain ksrens pemangkasan terlalu berat. Pathogen ini dapat menyebabkan matinya ujung tanaman (dieback) pada ranting tanaman, juga dapat menyebabkan busuk lunak pada buah.

Cara kultur teknis
  • Menghindari pemangkasan tanaman terlalu berat
  • Sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber inokulum

     Cara kimiawi
  • Pengapuran pangkal batang
  • Menutup bagian tanaman yang luka pada waktu pemangkasan dengan karbolium planetarium
  • Penggunaan fungsida yang efektif bila dijumpai gejala serangan
Penyebab: pestalotiopsis mangiferae (Henn.) stey.

Morfologi dan Daur Penyakit
Konidium cendawan berbentuk kumparan, dan berdinding tebal. Konidium berwarna kecoklatan, dengan sel pangkal dan sel ujung hialin. Sel ujung mempunyai 3 seta (ekor).

Gejala Serangan
Pada daun-daun tua terjadi bercak-bercak yang bentuknya tidak teratur, berwarna kelabu keputih-putihan, dengan panjang bercap beberapa mm. bercak-bercak dapat bersatu membentuk bercak yang lebih besar yang dapat mencapai beberapa cm. Bercak biasanya dibatasi oleh tepi yang berwarna gelap. Pada bercak tua pada bagian yang berwarna kelabu, terdapat titik-titik hitsm yang terdiri dari tubuh buah pathogen. Seringkali bagian ini pecah dan menimbulkan lubang.
Pengendalian
Cara kultur teknis
  • Pemeliharaan tanaman secara baik
  • Sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber inokulum
Cara kimiawi
  • Penggunaan fungisida yang efektif bila dijumpai serangan
C. GULMA
Tanaman liar atau gulma dapat mengganggu tanaman budidaya karena banyak gulma yang tum-buhnya pesat, sehingga permukaan daunnya menutupi seluruh permukaan tanah yang bebas, sehingga tanaman budidaya tidak berkembang bebas. Perakaran gulma bisa lebih luas, dalam dan melebar, sehingga lebih banyak menghisap air dan makanan di dalam tanah. Selain itu juga, akibat gulma dapat terjadi iklim mikro yang basah sehingga memungkinkan cendawan dan parasit tumbuh pesat yang dapat menyebabkan munculnya penyakit tanaman. Pengendalian dengan memotong cabang yang terserang, menebang tanaman yang diserang benalu dengan berat.

Sumber: Pracaya. 2006. Bertanam Mangga Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana. R. 1997. Mangga (Seri Budi daya). Penerbit Kanisius.Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar